Ramadan tahun kedua kami bersama. Namun ada di dalam dua kondisi yang berbeda. Tahun lalu kami LDM atau long distance marriage (yang engga long long banget) namun sedikit banyak menguras perasaan kami.
Sebagai pekerja lapangan, mas partner tidak memungkinkan pulang pergi seperti pegawai kantoran lain. Ngekos adalah pilihan yang paling baik saat itu. Dia bekerja di site tol Tangerang, saya tetap di Jakarta. Waktunya saya bekerja, dia juga bekerja di lapangan. Saya pulang ke rumah, dia masih di lapangan. Waktunya buka puasa, dia di kosan. Saat saya pulang tarawih dia sudah ada di lapangan lagi, sampai waktu sahur. Rasanya saya akan sangat egois jika memintanya pulang pergi Jkt – Tgr – Jkt setiap hari.
Sabtu selepas sahur dia akan langsung ke Jakarta dan Senin setelah sahur juga dia kembali ke lapangan, atau malah hari Minggu sudah kembali jika ada on call. Waktu temu tidak banyak, tapi waktu diskusi tidak pernah berkurang. Terima kasih wahai teknologi!!
Jadi, ramadan taun lalu buat saya tidak banyak berbeda dibanding ketika belum menikah.
Setelah melalui banyak diskusi dan pemikiran panjang kami berdua akhirnya mas partner memilih tidak melanjutkan kontrak di site. Kami buat penjabaran positif negatifnya jika terus dalam kondisi berjauhan satu sama lain, bukan hanya terkait materi tapi juga kondisi kesehatan kami, kewarasan kami, dan banyak hal lainnya. (Nanti dibahas di postingan sendiri. Kalo inget. Wkwk)
Hingga tahun ini menjadi berbeda…
Kami bisa sahur dan buka puasa bersama 🙂 Alhamdulillah. Semoga kami bisa menjalani ibadah di bulan ramadan dengan lebih baik dari sebelumnya.
Semoga semuanya diberi kesehatan, keselamatan dan rezeki yang berkah
Aamiin..
Selamat puasaaa semuanyaaaaa ❤️❤️❤️Pakai foto ini biar inget kalau nanti mau nulis cerita tentang ‘mudik’ kami sebelum puasa 🙃 🙃
selamat puasa cupah dan suami, semoga ibadanya lancar sampai hari besar nanti
Terima kasih mama mirea 😘 aamiin